Kamis, 28 Januari 2010

Menggigit Laba Empuk Bisnis Donat


Tidak bisa dipungkiri, kue donat telah menjadi jajanan favorit banyak orang. Pebisnis yang terjun ke usaha donat pun sudah tak terhitung. Ada yang membuka gerai di mal, ada pula yang memilih menjajakan donat di warung-warung.

Toh, peluang untuk berbisnis kue yang lazim menjadi teman minum kopi ini masih terbuka lebar. Hasan Sarbini, pria asal Yogyakarta yang berbisnis donat dengan label Da’im Donat, telah membuktikan hal ini.

Hasan mulai berjualan donat sejak 1996. Hasilnya? Kini, ia sudah memiliki tiga gerai. Ini bukti bahwa ia sudah mempunyai pelanggan. Omzetnya juga tergolong besar untuk ukuran pebisnis donat lokal. “Omzet di outlet yang saya kelola Rp 90 juta per bulan,” ujarnya bangga.

Keuntungan Hasan mencapai 60%. Ini sudah menghitung berbagai biaya, termasuk ongkos bahan baku, gaji pekerja, dan sewa tempat.

Kesuksesan ini merupakan buah upaya Hasan yang selalu menjaga mutu donatnya. “Donat buatan saya pasti halal, serta bebas pengawet dan bahan kimia berbahaya,” beber Hasan sembari berpromosi.

Empat tipe kemitraan
Nah, lantaran banyak orang yang berminat ikut mencicipi laba bisnisnya, sejak dua bulan lalu, Hasan menawarkan kemitraan usaha. Ia menawarkan empat jenis kemitraan.

Jenis yang pertama adalah tipe Drive Thru. Tipe ini mengharuskan calon investor menyetor investasi Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Calon mitra harus punya lokasi usaha yang berada di tepi jalan yang lumayan besar, dengan luas 1,5 x 5,5 meter.

Kedua, kedai berbentuk Cafe. Untuk tipe ini, investasinya antara Rp 65 juta hingga Rp 85 juta. Mitra tipe ini bisa melakukan pembuatan donat dengan konsep open kitchen.

Ketiga, tipe Drive Cafe yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua tipe sebelumnya tadi. Investasi awalnya berkisar antara Rp 73 juta hingga Rp 95 juta.

Keempat, tipe pabrik. Jika memilih tipe kemitraan ini, calon mitra harus menyiapkan investasi awal antara Rp 116 juta hingga Rp 155 juta. Mitra tipe ini mendapat lisensi untuk memproduksi sekaligus mendistribusikan semua produk Da’im Donuts ke seluruh mitra yang berada di wilayahnya. Di pabrik ini, mitra menjadi penyedia semua produk yang tidak bisa diproduksi oleh mitra tipe lainnya. Misalnya saja produk muffin, roti manis, burger, roti tawar, dan sejenisnya yang tidak boleh diproduksi oleh mitra tipe lainnya. “Khusus jenis pabrik hanya diperbolehkan satu di satu kota kecuali kota besar semisal Jakarta,” jelas Hasan.

Luas pabrik itu minimal 6 x 10 meter. Syarat lainnya, mitra harus juga sekaligus membangun Drive Cafe Da’im Donuts.

Lama ikatan semua kerjasama tersebut adalah lima tahun. Dengan menyetor investasi awal, masing-masing mitra akan mendapatkan booth atau kedai, peralatan lengkap, plus desain interior, dan perlengkapan produksi donat. Selain itu, mitra juga mendapat pelatihan karyawan, training produk, konsultasi operasional, sampai survei dan evaluasi lokasi.

Mitra bisa menjual donat dan menu Da’im seharga Rp 1.000 - Rp 6.000. Namun, setelah beroperasi, mitra mesti menyetor royalti 30% dari laba bersih. “Tetapi, royalti tidak akan dikutip bila mitra tidak untung,” jelas Hasan.

Hasan menjanjikan, mitranya bisa balik modal dalam 1,5 sampai 2 tahun. Asumsinya, untuk tipe pabrik, minimal omzetnya mesti Rp 45 juta - Rp 55 juta per bulan.

Disadur dari : http://female.kompas.com/read/xml/2009/10/30/08584579/menggigit.laba.empuk.bisnis.donat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar