Kamis, 28 Januari 2010

Gabung Komunitas "Mbatik Yuuuk!!!"



Indra Tjahjani, akrab disapa dengan Indra Tj, mempunyai sebuah perkumpulan yang secara teratur mengadakan kursus membatik untuk umum. Nama perkumpulan ini "Mbatik Yuuuk!!!".

Meskipun namanya sudah dibuat sedemikian rupa, masih banyak orang mengira Indra membuka toko batik. "Padahal dari namanya kan sudah jelas ya, kalau saya mengajak orang untuk membuat batik. Kok saya malah dikira buka usaha berjualan batik?" kata perempuan asal Bandung yang sudah belajar membuat batik sejak di bangku SMP ini.

Ia mengaku tidak terlalu terganggu dengan orang-orang yang "salah alamat" tersebut. Setidaknya ini berarti mereka memiliki perhatian akan batik. Itu sudah cukup membuatnya senang.

Menciptakan Mbatik Yuuuk!!!
Dalam hidup sehari-hari, Indra yang berprofesi sebagai dosen mata kuliah arsitektur, bisnis online, dan desain, ini berusaha menanamkan kecintaan terhadap budaya Indonesia pada orang di sekitarnya. Setiap mata kuliah yang ia ajarkan dilengkapi pengetahuan tentang ragam kekayaan daerah, dari kain hingga bentuk bangunan. Ia juga mewajibkan para mahasiswa belajar membuat batik.

Kepeduliannya yang sangat besar pada batik membuatnya merespons permintaan beberapa kenalan di sebuah forum diskusi. Mereka tertarik membuat batik dengan canting dan malam, namun tidak tahu harus belajar di mana atau kepada siapa. Inilah yang menjadi awal pembentukan Mbatik Yuuuk!!!.

Pertemuan pertama mereka terjadi pada 12 Oktober 2008 di Museum Nasional. Jumlah peserta yang datang melebihi perkiraan. Semula ia menetapkan jumlah minimal sebanyak 20 orang, tapi yang datang ada 65 orang! "Terus terang saya gembira walaupun kewalahan juga," kata Indra sambil tersenyum.

Ia lalu memindahkan lokasi kursus ke Museum Bank Mandiri karena sarananya lebih memadai untuk kegiatan mereka yang melibatkan tungku. Di sinilah aktivitas membatik dilakukan tiap bulan. Pesertanya macam-macam, tua dan muda, perempuan dan laki-laki, ibu rumah tangga dan pegawai kantor.

Indra dan anggota Mbatik Yuuuk!!! menyiapkan semua kebutuhan peserta. Seluruh bahan dan peralatan didatangkan dari kota-kota penghasil batik di Jawa untuk menjamin kualitas hasil membatik. Peserta hanya perlu membayar biaya partisipasi dan datang sesuai jadwal. Ada tiga macam pilihan kerajinan yang ditawarkan, yaitu sapu tangan, syal, dan kaus. Sesuai kursus, semua karya jadi milik peserta dan bisa dibawa pulang.

"Waktu tiga jam ditetapkan agar peserta bisa menyelesaikan karyanya. Mereka akan kecewa kalau sudah susah-payah belajar, lantas pulang tanpa membawa hasil. Sesederhana apa pun karya mereka, itu adalah hasil jerih payah yang patut dibanggakan," tutur Indra yang setiap hari memakai kebaya dan kain batik.

Wariskan pengetahuan
Meski sudah dianggap ahli dalam membatik, Indra menolak disebut pembatik. Dengan nada merendah, ia menjelaskan bahwa yang pantas dikatakan pembatik adalah orang yang membatik memakai canting tiap hari selama tiga tahun berturut-turut. Menurutnya, yang ia lakukan sekarang hanyalah bentuk kontribusinya melestarikan budaya Indonesia.

Ia mengingatkan masyarakat untuk tak langsung puas dengan pengakuan UNESCO atas batik. Masih banyak aspek batik yang bisa dikembangkan. "Walau batik sekarang naik daun, tak semua orang tahu makna lambang dalam kain. Akibatnya, pemakaiannya jadi tidak sesuai dengan arti motif itu sendiri," kata Indra.

Itu juga yang jadi penyebab Indra semakin giat menggalakkan kegiatan Mbatik Yuuuk!!!. Ia harap pengetahuan yang ia bagi bisa menjadi warisan turun-temurun.

Disadur dari :http://female.kompas.com/read/xml/2010/01/23/11475959/gabung.komunitas.mbatik.yuuuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar